PENGATURAN KONDISI DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG (part 1)

1.      Kondisi dan situasi Belajar Mengajar
a.      Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi sayarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini.
1)      Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruang belajar yang merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruang kelas,ruang laboratorium, dan ruang auditorium (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:45). Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehinga tidak saling menggangu satu sama lainnya pada saat terjadinya aktivitas pembelajaran.
a.       Ruang Kelas
Ruang kelas harus diusahakan memenuhi syarat berikut :
·         Ukuran ruang kelas 8m X 7m
·         Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran
·         Cukup cahaya dan sirkulasi udara
·         Pengaturan perabot ahar memungkinkanguru dan siswa dapat bergerak leluasa
·         Daun jendela tidak menggangu lalu lintas



b.      Ruang Laboratorium
Syarat laboratorium yang berfungsi sebagai tempat praktik sebagai berikut :
·         Tata letak perabot mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat
·         Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia
·         Air limbah dari saluran ruang laboratorium tidak mencemari lingkungan sekitar
·         Bahan yang membahayakan harus disimpam pada tempat yang aman.

c.       Ruang Aula / Serbaguna
Bagi sekolah yang memiliki ruang aula, agar berfungsi sebagai tempat pembelajaran, dan berfungsi sebagai tempat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
·         Panggung pertunjukkan
·         Kamar mandi pria/ wanita secara terpisah
·         Lantai harus datar dan tidak licin
·         Dinding aula dilapisi oleh peredam suara agar suara tidak bergema

2)      Pengaturan Tempat duduk
Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk seperti dibawah ini :

a.       Pola berderet atau berbaris-berjajar
Pengaturan tempat duduk seperti ini adalah pengaturan tempat duduk paling popular. Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat cocok untuk pengajaran formal dan memudahkan guru atau siswa bergerak dari deretan satu ke deretan yang lain.
b.      Pola susunan berkelompok
Pola ini mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok. Cara ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya secara bebas.

c.       Pola formasi tapal kuda
Pola ini menenmpatkan posisi guru berada di tengah-tengah para sisiwanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak memerlukan diskusi antar siswa taau dengan guru.

d.      Pola lingkaran atau persegi
Pola pengaturan tempat duduk lingkaran atau persegi baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi. Hakikatnya dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin kelompok.
Kemungkinan dari pola-pola pengaturan tempat duduk diatas ada pola lain yang tidak membatasi ruang gerak baik secara individual maupun secara kelompok, yang terpenting adalah guru dapat melihat apa yang terjadi, apa yang dilakukan para siswanya di berbagai lokasi tempat mereka berada.

3)      Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengaturnya karena sudah tersedia ) adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi, cahaya  dan jendela harus menjamin kesehatan siswanya.

4)      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Cara pengambilan barang dari tempat khusus, penyimpanan, dan sebagainya hendaknnya diatur sedemikian rupa sehingga barang-barnag tersebut segera dapat dipergunakan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengaman barang-barang tersebut dari pencurian, pengamanan terhadap barang yang  mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang pelru diperhatikan juga dalam penciptaan lingkungan adalah kebersihan dan kerapihan, siswa harus turut aktif dalam membuat keputusan mengenai dekorasi, tata ruang dan sebagainaya.

b.      Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi tersebut meliputi hal-hal berikut ini.

1)      Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Kedua sikap siswa yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problema manajemen baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan.
Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya akan aktif jika diawasi oleh guru. Akativitas proses belajar mengajar sangat tergantung pad aguru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinannya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai.
Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai : model, pengembang, perencana, pembimbing dan fasilitator (Centra, 1990).
Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut banyak displin kaku melainkan sebagai model.
Guru sebagai pengembang adalah guru yang akhli dalam melaksanakan tugas dengan format yang teapt dan benar.
Guru sebagai perencana adalah guru yang akhli dalam bidangnya yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar.
Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dan siswanya. Ia mengajar karena mengetahui adanya perkembangan pribadi masing-masing individu yang mengembangkan suasana saling percaya dan keterbukaan.
Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa. Ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai harapannya.

2)      Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki.

3)      Suara Guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh.

4)      Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira dan semangat dalam kegiatan belajarnya.

c.       Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organiasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah manajemen kelas. Disamping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur penuh displin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain :
1)      Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajarna mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, kesenian, menggambar dan sejenisnya, siswa diharuskan pindah ruangan. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua kelas, petugas piket dengan pengawasan guru.
2)      Guru berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab,maka siswa tetap berada di dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru pengganti selama waktu tertentu. Bila guru pengganti belum juga datang, ketua kelas diwajibkan lapor kepada guru piket.
3)      Masalah antar siswa
Jika terjadi permasalahan antar siswa yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua kelas dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Demikian pula kalau ada usul kegiatandari siswa, misalnya berkemah, kunjungan ke sekolah lain, pentas seni, prosedur tersebut yang sama dapat ditempuh.
4)      Upacara bendera
Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan pengaturan itu meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa.
5)      Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah antara lain adalah :
a.       Menanyakan kesehatan dan kehadiran siswa.
b.      Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa
c.       Penyampaian peraturan sekolah yang baru
d.      Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olahraga.

d.      Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran. Ke dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk :
1)      Daftar presensi
Daftar presensi siswa dan guru hendaknya dikelola sedemikian ruapa sehingga tidak menggangu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar presensi ini.
2)      Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus hendaknya tersedia yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
3)      Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia.
4)      Tempat sampah
Tempat sampah hendaknya  tersedia tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup teratur.
5)      Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur.







DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
M. Entang dan T. Raka Jini. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud. 
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Seri
Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN OTORITER, INTIMIDASI, PERMITIF, BUKU MASAK DALAM MANAJEMEN KELAS

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PENDIDIKAN

PENDEKATAN EKLETIK DAN PRULALISTIK DALAM MANAJEMEN KELAS