ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PENDIDIKAN
A.
Pengertian Analisis Biaya dan Manfaat Pendidikan
Secara
umum, CBA (Cost Benefit Analysis) atau analisis biaya manfaat adalah pendekatan
untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan
menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk
uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003:447). Awal
perkembangan analisis biaya manfaat
(CBA) mulai familiar ketika menjadi klausul dalam Undang – Undang Pengendalian
Banjir AS (US Flood Control Act) tahun 1936. CBA berkembang sebagai landasan
teoritis ilmu ekonomi kesejahteraan, terutama konsep ilmu kesejahteraan yang
mengutamakan efisiensi (Pearce, 2008: 181).
CBA saat ini merupakan teknik mapan yang banyak digunakan dalam
pemerintahan maupun organisasi internasional. Meskipun tertentu yang mendasari
konsep teknik berasal dari Eropa pada 1840-an, penggunaan CBA di lingkungan
ekonomi merupakan model implementasi yang tergolong baru. Implementasi CBA
mulai berjalan ketika peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah AS yang membuat
penggunaan CBA wajib di keadaan tertentu di tahun 1930. Dua konsep dasar yang
berasal dari Eropa adalah konsep surplus konsumen dan konsep eksternalitas.
Konsep surplus konsumen diperdebatkan oleh Jules Dupuitin 1844, ketika ia menunjukkan bahwa pengguna jalan dan jembatan di Perancis
menikmati keuntungan melebihi jumlah korban yang mereka bayar untuk penggunaan.
Pigou mengembangkan secara efektif konsep eksternalitas dengan menyatakan bahwa
ada perbedaan antara swasta ekonomi produksi dan produk ekonomi masyarakat
(mishan and Quah :243).
Secara Khusus, dalam bidang
Pendidikan dalam Jurnal pendidikan dan kebudayaan yang ditulis oleh Abbas
Ghozali (Jakarta; 022, 2000: 57-85),
analisis biaya dan manfaat adalah penaksiran investasi yang membandingkan biaya
dan manfaat suatu proyek untuk mengukur keuntungan ekonominya. Investasi di
pendidikan, seperti halnya investasi di kapital fisik, mencakup biaya dan
manfaat ekonomi.
B. Tujuan Analisis Biaya
Manfaat
Tujuan dari analisis biaya adalah untuk memberikan kemudahan, memberikan
informasi pada para pengambil keputusan untuk menentukan langkah/cara dalam
pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun efisiensi
pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan
bagi pemerintah menjadi acuan untuk menetapkan anggaran pendidikan dalam RAPBN,
dan juga sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Sedangkan bagi masyarakat, analisis manfaat biaya
pendidikan ini berguna sebagai dasar/pijakan dalam melakukan ”investasi” di
dunia pendidikan. Hal ini dirasakan penting untuk diketahui dan dipelajari,
karena menurut sebagian masyarakat pendidikan hanya menghabis-habiskan uang
tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas dimasa yang akan datang.
C. Konsep Biaya Pendidikan
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri
dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan belajar siswa. Kebanyakan biaya langsung berasal dari sistem
persekolahan sendiri seperti SPP, dan Sumbangan Orang Tua murid untuk
pendidikan atau yang dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan
dalam melaksanakan proses pendidikannya, seperti biaya buku, peralatan dan uang
saku. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk
kesempatan yang hilang dan dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan oleh murid, atau
orang tua/keluarga dan baiaya kesempatan pendidikan dalam penelitian ini tidak
termasuk dalam pengertian biaya pendidikan yang sifatnya nonbugetair.
Pengertian pembiayaan pendidikan yang bersifat budgetair, yaitu biaya
pendidikan yag diperoleh dan dibelanjakan oleh oleh sekolah sebagai suatu
lembaga. Artinya biaya-biaya pendidikan yang bersifat budgetair dan non
budgetait termasuk dalam pengertian biaya pendidikan dalam arti yang luas.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang
berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran
pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah
pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi
dan diterima secara teratur. Untuk sekolah dasar negeri, umumnya memiliki sumber-sumber anggaran penerimaan,
yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang
tua murid dan sumber lain. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah
uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan
disekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah
dan proporsinya bervariasi di antara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya.
Serta dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendekatan unsur biaya (ingredient approach), pengeluaran
sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1.
Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran,
2.
Pengeluaran untuk tata usaha sekolah,
3.
Pemeliharaan untuk sarana dan prasarana sekolah,
4.
Kesejahteraan pegawai,
5.
Administrasi,
6.
Pembinaan teknis educative, dan
7.
Pendataan.
Perhitungan biaya dalam pendidikan akan ditentuka oleh
unsur-unsur tersebut didasarkan pula pada perhitungan biaya nyata (the real cost) sesuai dengan kegiatan
menurut jenis dan volumenya. Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua
hal penting yag perlu dikaji dan dianalisis, yairu biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
per siswa (unit cost). Biaya satuan
ditingkat sekolah merupakan aggregate
biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orangtua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan
dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang
menggambarkan sebarapa besar uang yang dialokasiakan kesekolah-sekolah secara
efektif untuk kepetingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan ini diperoleh dengan
memperhitungkan jumlah murid pada masing-masinng sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standart
dan dapat dibandingkan antara sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap
standard dan dapat dibandingkan antara sekolah satu dengan sekolah lainnya.
Analisis mengenai biaya dalam kaitannya dengan factor-faktor lain yang
mempengaruhi dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis.
Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan untuk mengetahui efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber disekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan
pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk pendidikan. Disamping itu,
juga dapat menilai bagaimana alternative kebijakan dalam upaya perbaikan atau
peningkatan sistem pendidikan. (Mingat, Tan, 1998)
Analisis biaya manfaat (cost
benefict analysis) merupakan metodologi yang banyak dipergunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membatu para
pengambil keputusan dalam menentukan pilihan di antara alternative alokasi
sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang
tinggi.
D. Mengukur Biaya Pendidikan
Konsep biaya pendidikan
sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari
lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau
rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya
kesempatan ini sering disebut “income
forgone”. Income forgone yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama
ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi. Sebagai salah satu contoh,
seorang lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan pendidikan ke SMU,
jika ia bekerja tentu memperoleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya
pendapatan (upah,gaji) selama 3 tahun belajar di SMU harus diperhitungkan. Oleh
karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya tidak langsung atau biaya kesempatan (opportunity cost).
Dengan demikian, biaya keseluruhan (C) selama di tingkat persekolahan terdiri
dari biaya langsung (L) dan biaya tidak langsung (K) atau pendapatan lulusan
SMP.
Rumus :
|
Keterangan:
C(SMU) = biaya pendidikan
L(SMU) = biaya langsung dibayarkan
untuk bersekolah di SMU
K(SMU) =
jumlah rata-rata penghasilan tamatan SMP
Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan
gambaran karakteristik keuangan sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah
dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil (out pu) sekolah dapat dilakukan dengan
cara menganalisis biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan per siswa
adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah
dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui
besarnya biaya satuan per siswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna
untuk menilai berbagai alternative kebijakan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam menentukan biaya satuan, terdapat dua pendekatan, yaitu
pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan
pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai
sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan
perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang
digunakan oleh murid.
1.
Pendekatan Makro
Faktor
utama yang menentukan dalam perhitungan biaya satuan dalam sistem pendidikan
adalah kebijakan dalam pengalokasian anggaran pendidikan disetiap Negara. Pola
alokasi biaya pendidikan terutama yang bersumber dari pemerintah meningkatkan
pengaruh berdasarkan struktur piramida karakteristik. Pola ini memberikan
tinjauan kasar tentang prioritas biaya yang bersumber dari pemerintah. Pada
umumnya, Negara-negara di Asia tenggara mengalokasikan dana pemerintah untuk
pendidikan dasar 48%, pendidikan menengah 31%, dan pendidikan tinggi sebesar
19%. Pola yang menurun in sama dengan pola Amerika latn yang berkonstribusi
dana pemerintahan masing-masing 51%, 25% dan 24% (Bank Dunia).
Untuk
membandingkan biaya pada tiap jenjang ditiap Negara, teknik yang digunakan
yaitu dengan membandingkan biaya operasinal pendidikan dan sumber keuangannya.
Besarnya biaya satuan berdasarkan perbandingan persentase dari GNP. Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh Bank Dunia, rata-rata satuan biaya pendidikan dasar
Negara-negara Asia yang menjadi satuan biaya pedndidikan objek studi adalah 10%
dari GNP, sama dengan di Amerika Latin, pada pendidikan menengah rata-rata
satuan biaya di Amerika Latin, pada pendidikan menengah rata-rata satuan biaya
di Asia adalah 19% perkapita GNP. Sedangkan di Amerika Latin mencapai 25%
Philipina dan Srilangka memiliki biaya terendah, yaitu kurang dari 0,5 kali
rata-rata regional. Cina memiliki satuan biaya paling tinggi yaitu sekitar 1,5
kali rata-rata regional. Di Negara-negara lain seperti India, Nepal, dan
Thailand memiliki satuan biaya di bawah rata-rata, sedangkan Indonesia, Korea,
dan Malaysia memiliki satuan biaya diatas rata-rata.
Satuan
biaya pendidikan di setiap Negara sangat bervariasi. Variasi atau keragaman
dalam besarnya satuan biaya pendidikan disebabkan perbedaan cara
penyelenggaraan pendidikan. Karakteristik pendidikan yang mempengaruhi biaya,
yaitu :
a)
Skala
gaji guru dan jam terbang mengajar
b)
Penataran
dan latihan pra jabatan
c)
Pengelompokan
siswa di sekolah dan di dalam kelas
d)
Penggunaan
metode dan bahan pengajar
e)
Sistem evaluasi
f)
Supervisi
pendidikan
2.
Pendekatan Mikro
Pendekatan
Mikro menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total cost)
dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya
total merupakan gabungan biaya-biaya perkomponen input pendidikan. Satuan biaya
ini merupakan rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah
per murid per tahun anggaran. Satuan biaya ini dapat merupakan fungsi dari
besarnya pengeluaran sekolah. Dengan demikian, satuan biaya ini dapat diketahui dengan jalan membagi seluruh
jumlah pengeluaran sekolah setiap tahun dengan jumlah murid sekolah pada tahun
yang bersangkutan. Perhitungan satuan jumlah biaya pendidik dapat menggunakan
formula sebagai berikut.
Sb (s,t) = f [K (s,t) dibagi M (s,t)]
Keterangan
Sb : Satuan biaya per murid per
tahun
K : Jumlah seluruh pengeluaran
M
: Jumlah murid
s : Sekolah tertentu
t : Tahun tertentu
E. Mengukur Manfaat Pendidikan
Perlu dikemukakan bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu
dapat diukur dengan standart nilai ekonomi atau uang. Hal ini disebabkan
manfaat pendidikan, di samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai
social. Dalam mengukur manfaat pendidikan, keuntungan pendidikan tidak selalu
dapat diukur dengan standar nilai ekonomi dan uang. Hal ini disebabkan manfaat
pendidikan, di samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai social.
Dalam pengukuran dampak pendidikan terhadap keuntungan ekonomi atau pendapatan
seseorang dari produktivitas yang dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi
bahwa produktivitas seseorang dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan
keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, yaitu:
1.
dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi,
2.
dapat tidanya memperoleh pekerjaan,
3.
besarnya penghasilan (gaji) yang diterima,
4.
sikap perilaku dalam konteks social, budaya, dan politik.
Pada tabel mengukur keuntungan pendidikan, digambarkan
bagaimana cara mengukur keutungan pendidikan menurut nilai ekonomi
(penghasilan) yang dibandingkan dengan biaya (cost). Keuntungan tersebut diukur dengan menggunakan
pola penghasilan seumur hidup. Pola penghasilan seseorang sepanjang hayatnya
akan membentuk V balik yang dimulai dengan penghasilan agak rendah pada usia muda, meningkat pada masa
berikutnya, dan menurun pada usia lanjut. Untuk memperoleh pola penghasilan
seumur hidup ini dilakukan dengan dua cara: cross sectional dan longitudinal.
Berikut penjelasannya.
1.
Cross sectional dengan jalan
mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan kepada sejumlah orang yang
bervariasi umumnya, kemudian dicari rata-rata penghasilan dari orang-orang yang
usianya sama.
2.
Longitudinal dengan jalan
mengikuti sejumlah orang yang seusiadan penghasilannya diukur pada setiap
tingkat usianya. (Wardiman dan Ace S., 1995)
Penghasilan atau gaji merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan pendidikan. Ada tiga alasan yang bisa
dikemukakan, yaitu sebagai berikut.
1.
Baik logika maupun pengalaman menunjukkan bahwa mayoritas
social bersekolah sebagai sarana untu mendapatkan manfaat ekonomi.
2.
Mudah diukur.
3.
Data gaji cukup tersedia, namun demikian ada beberapa hal
yang perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran, yaitu:
a.
apa gaji awal atau gaji seumur hidup,
b.
menggunakan honor atau data koreksional. Profil konseksional
mengemukakan gaji orang-orang yang berbeda usia, tetapi tingkat pendidikannya
pada waktu tertentu. Kohor menelusuri perkembangan gaji seseorang dalam
perkembangan waktu. perlu juga diperhatikan bukan hanya besarnya gaji absolut,
tetapi juga seberapa besar pertambahan gaji setelah mendapat pendidikan dan
latihan.
F. Keunggulam dan Kelemahan Implementasi Analisis Biaya
Manfaat
Melihat
pada proses implementasinya, Analisis biaya manfaat (CBA) memiliki keunggulan
dalam penentuan program pemerintah, antara lain sebagai berikut.
a)
Penggunaan sumber – sumber ekonomi
secara efisien. Jika efisiensi terjamin, pencapaian kesejahteraan masyarakat
dari kebijakan publik yang diimplementasikan lebih maksimal
(Mangkoesoebroto,2001: 165-166).
b)
Analisis biaya manfaat dalam
pengitungan biaya maupun manfaat diukur dengan mata uang sebagai unit nilai,
sehingga memudahkan efisiensi (Dunn, 2003:448).
c)
Sangat kompatibel dengan penghitungan
biaya manfaat kebijakan / proyek dalam skala besar atau makro khususnya yang
mempengaruhi kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008
:170).
Sedangkan
kelemahan CBA antara lain sebagai berikut.
a)
Analisis ini membutuhkan waktu dan
prosesnya yang sangat lama dan hanya bisa diimplementasikan pada proyek/
kebijakan yang bersifat makro (Sjafrizal, 2008: 170).
b)
Pemilihan kebijakan / proyek yang
kurang menguntungkan bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh proses
penghitungan manfaat secara kuantitatif, sedangkan beberapa proyek atau
kebijakan tidak dapat diukur manfaatnya secara kuantitatif (Mangkoesobroto,
2001: 166).
c)
Analaisis ini tidak memiliki
fleksibilitas tinggi, karena semua penghitungan dilakukan secara kuantitatif.
Hal ini menimbulkan interpretasi jika analisis ini dilaksanakan terlalu jauh,
pemerintah tidak lagi dilaksanakan oleh wakil wakil rakyat yang membawa
aspirasi rakyat, melainkan seakan akan dilaksanakan oleh robot komputer
(Mangkoesoebroto, 2001: 167).
Analisis
Biaya Manfaat (Benefit Cost) sering digunakan untuk menganalisis
kelayakan proyek-proyek pemerintah. Pelaksanaan proyek pemerintah umumnya
mempunyai tujuan yang berbeda dengan investasi swasta. Pada proyek
swasta, biasanya diukur berdasarkan kepada keuntungan yang didapatkan. Pada
proyek pemerintah, keuntungan seringkali tidak dapat diukur dengan jelas karena
tidak berorientasi kepada keuntungan. Dengan kata lain, keuntungan didasarkan
kepada manfaat umum yang diperoleh oleh masyarakat. Sebagai contoh proyek
pemerintah antara lain : proyek pembangunan jalan, pembangunan jembatan,
pengendalian banjir, pengendalian polusi, dan lain-lain.
Dalam
proyek pemerintah :
a)
Semua pengeluaran (cost) adalah semua
biaya yang dikeluarkan Pemerintah.
b)
Semua manfaat (benefit) adalah
penghematan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dengan adanya proyek
tersebut
Selain keunggulan diatas secara teoritis maka, kami
dapat menerangkan fakta hasil penelitian Suhirman (dalam
Journal of Economic Education, 2012) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh biaya pendidikan terhadap hasil belajar melalui proses belajar
mengajar di SMA Negeri se kabupaten Rembang, maka dapat disimpulkan bahwa (1)
Biaya pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil
belajar sebesar 34,1%, (2) pengaruh biaya pendidikan terhadap hasil belajar
merupakan pengaruh tidak langsung yaitu melalui proses belajar mengajar yaitu
sebesar 47,8%, adapun pengaruhnya adalah positif dan signifikan, (3) Hasil
perhitungan uji regresi, model ketiga pada penelitian ini bahwa proses belajar mengajar mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar sebesar 20,1%, ini
berarti bahwa jika mutu proses belajar mengajar baik maka mutu hasil belajar
juga akan baik, (4) Pengaruh biaya pendidikan terhadap hasil belajar melalui
proses belajar mengajar di SMA Negeri Kabupaten Rembang secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif dan signifikan sebesar 60,4%.
Dalam fakta tersebut dapat disimpylkan bahwa pembiyaan
pendidikan memiliki pengaruh positif yang besar bagi keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
DAFTAR
RUJUKAN
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan). Yogyakarta : UGM
Press.
Fattah,
Nanang. 2002. Ekonomi &
Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT.Rosda Karya.
Ghozali, Abbas. 2004. Analisis Biaya
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Mangkoesoebroto,
Guritno. 2001. Ekonomi Publik.
Yogyakarta : BPFE.
Pearce, David W. 2008.“Cost- Benefit
Analysis” dalam Kuper, Adam, Jessica Kuper. 2008. Ensiklopedi Ilmu- Ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali.
Purba, Radiks. 1997. Analisis Biaya Dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis).
Jakarta: Rineka Cipta.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Niaga Swadaya.
Suharsimi. 1998. Organisasi dan
Administrasi Pendidikan Tehnologi dan Keguruan. Jakarta: Depdikbud.
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan
Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung : PT.Remaja Rosdokarya.
Jurnal Ilmiah
Ghozali, Abbas. 2000. Analisis
Biaya-Manfaat SMU dan SMK. Jurnal pendidikan dan kebudayaa. 022, 2000:
57-85.
Suhirman.
2012. Pengaruh Biaya Pendidikan Terhadap Hasil
Belajar Melalui Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri Se-Kabupaten Rembang
tahun 2011. Journal of Economic Education. ISSN 2252-6889.
Komentar
Posting Komentar