PENDEKATAN OTORITER, INTIMIDASI, PERMITIF, BUKU MASAK DALAM MANAJEMEN KELAS

1. Pendekatan Otoriter

Pendekatan otoriter memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban dikelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karna gurulah  paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik yang menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen kelas yaitu :
a. menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik dikelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumusan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui akibat pelanggaran atas peraturan itu.
b. Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.
c. Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemen kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini direkomendasikan bahwa teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan membunuh.
d. Menggunakan pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini memasudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.
e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidaj dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.

1.      Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian  perlaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankanperilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemhan lain yang timbul dari hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.

1.      Pendekatan Permitif
Pendekatan permitif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Temasentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak  bebas sesuai dengan yang diinginkannya peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah system social yang memiliki pranata-pranata social. Dalam system social para anggotanya, dalam hal ini dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban mereka didharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memikul resiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, dan tanggung jawab sendiri. dengan demikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.

1.      Pendekatan Buku Masak
Pendekatan Buku Masak adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manaejemen kelas. daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biaanya dapat diketemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk meemperbaiki perilaku peserta didik misalnya. karema daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan "buku masak". berikutnya ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar "buku masak":
Ø  Selalulah menegur siswa secara empat mata
Ø  Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat atau waktu memperingatkan siswa
Ø  Tegas dan bertindak adil sewaktu berurursan dengan siswa
Ø  Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Ø  Senantiasa meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman.
Ø  Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada.
Ø  Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan.

Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada masalah-masalah lain. pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. dengan kata lain, guru biasanya memebrikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mempergunakan dalam jangka pendek. kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, kaena pendekatan ini bersifat mutlak. guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tudak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.



DAFTAR PUSTAKA Ardy Wiyani, N.2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PENDIDIKAN

PENDEKATAN EKLETIK DAN PRULALISTIK DALAM MANAJEMEN KELAS