PENGERTIAN, PENYEBAB DAN KARAKTERISTIK TUNA DAKSA
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Penyebab dan
karakteristik “ Tuna Daksa”
Tuna
daksa adalah keadaan yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan
atau gangguan pada tulang, otot atau sendi sehinga mengurangi kapasitas normal
individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Kondisi ini
dapat disebabkan karena pembawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan. Jadi,
penderita tuna daksa sama sekali tidak bisa mengerakkan bagian tubuhnya yang
mengalami gangguan atau kerusakan.
Klasifikasi
Tuna Daksa menurut Frances G. Koeing :
a. Kerusakan
yang dibawa sejak lahir atau merupakan factor keturunan :
·
Club-foot (kaki seperti tongkat),
Club-hand (tangan seperti tongkat)
·
Polydactylism (jari yang lebih
dari 5 pada tanagn atau kaki)
·
Syndactylism (jari yang
berselaput atau menempel dengan jari yang lain)
·
Torticollis (gangguan pada leher
sehingga kepala terkulai ke muka)
·
Congenital (bayi yang dilahirkan
tanpa anggota tubuh tertentu)
b. Kerusakan
pada waktu kelahiran
·
Erb’s palsy (kerusakan syaraf
lengan akibat tertekan saat melahirkan)
·
Fragilitas osium (tulang yang
rapuh dan mudah patah)
c. Infeksi
·
Tuberculosis tulang (menyerang
sendi paha sehingga menjadi kaku)
·
Osteomyelitis (infeksi virus yang
menyebabkan kelumpuhan)
·
Poliomyelitis (infeksi virus yang
menyebabkan kelumpuhan)
·
Still’s disease (radang tulang
yang menyebabkan kerusakan permanen)
d. Kondisi
atau kerusakan traumatic
·
Amputasi
·
Kecelakaan akibat luka bakar
·
Patah tulang
e. Tumor
·
Oxostosis (tumor tulang)
·
Osteosis fibrosa cystica (kista/
kantong yang berisi cairan dalam tulang)
f.
Flatfeet (telapak kaki yang rata,
tidak berteluk)
g. Scilosis
(tulang belakang yang berputar, bahu & paha yang miring)
h. Perthes’
disease (sendi paha yang rusak atau mengalami kelainan)
i.
Kyphosis(bagian belakang sumsum
tulang belakang yang cekung)
j.
Lordosis (bagian muka sumsum
tulang belakang yang cekung)
2.2 Ciri-ciri Anak Tunadaksa
ü Anggota
gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
ü Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/ tidak terkendali)
ü Terdapat
bagian anggota gerak yang tidak lengkap / tidak sempurna / lebih kecil dari
biasanya
ü Terdapat
cacat pada alat gerak
ü Jari
tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
ü Kesulitan
pada saat berdiri / berjalan/ duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
ü Hiperaktif/
tidak dapat tenang
2.2.1 Ciri-ciri Fisik
Anak
memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesempurnaan tubuh. Misalnya
tangannya putus, kakinya lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang
terkoordinasi dengan baik
2.2.2 Ciri-ciri Mental
ü Anak
memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas,
ü Depresi,
kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan dengkian dan
permusuhan.orang tersebut begitu susah dan frustasi atas cacat yang dialami,
ü Penyangkalan
dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang mencerminkan suatu pergumulan
yang diakhiri dengan penyerahan. Ada saat-saat dimana individu tersebut menolak
untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi meskipun lambat laun akan
menerimanya,
ü Meminta
dan menolak belas kasihan dari sesame. Ini adalah fase dimana individu tersebut
mencoba menyesuaikan diri untuk dapat hidup dengan kondisinya yang sekarang.
Ada saat-saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-saat ia betul-betul
membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini kadang-kadang sulit dicapai.
2.2.3 Ciri-ciri Sosial
Anak
kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktifitas geraknya. Dan kadang-kadang anak menampakkan sikap marah-marah(emosi)
yang berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-mengajar
disekolah diperlukan alat-alat khusus penopang tubuh, misalnya kursi roda,
kaki, dan tangan buatan.
2.3 Kelainan pada Sistem Serebral
(Cerebral system disorders)
Penggolongan
anak tuna daksa kedalam kelainan system serebral didasarkan pada letak penyebab
kelahiran yang terletak didalam system syaraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Kerusakan pada system syaraf pusat mengakibatkan bentuk kelainan
yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang. Sumsum merupakan pusat
computer dari aktifitas manusia. Didalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat
ide, pusat kecerdasan, pusat motoric, pusat sensoris dan lain sebagainya.
Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral
Palsy.
Cerebral
Palsydapat diklasifikasikan menurut:
a.
Derajat kecacatan,
b.
Tipografi anggota badan yang
cacat, dan
c.
Sosiologi kelainan geraknya.
Penggolongan
menurut derajat kecacatan, cerebral palsy dapat digolongkan atas : Golongan
ringan, golongan sedang, golongan berat.
v Golongan
ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpamenggunakan alat, dapat menolong
dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama
dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan
dan pendidikannya,
v Golongan
sedang adalah mereka yang membutuhkan latihan khusus untuk bicara, berjalan,
dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-alat khusus untuk
membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat
sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak
kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
v Golongan
berat adalah anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan
dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup
mandiriditengah-tengah masyarakat.
Penggolongan
menurut tipografi, yaitu dilihat dari banyaknya anggota tubuh yang
lumpuh.Cerebral palsy dapat digolongkan menjadi enam golongan, sebagai berikut:
a. Monoplegia
b. Hemiplegia
c. Paraplegia
d. Diplegia
e. Triplegia
f. Quadriplegia
Penggolongan menurut
fisiologi.Dilihat dari kelainan gerak, dilihat dari segi letak kelainan di otak
dan fungsi geraknya, anak cerebral palsy dapat dibedakan menjadi :
a. Spastik
Tipe ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian atau seluruh tubuh. Kekakuan itu timbul
sewaktu akan digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam emosional ketergantungan
kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang
akan semakin berkurang. Pada umumnya jenis seperti ini memiliki tingkat
kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan
ada yang diatas normal.
b. Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan
atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini
terdapat pada system gerakan. Hamper semua gerakan terjadi diluar control dan
koordinasi gerak.
c. Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan
kehilangan keseimbangan. Kekakuan memang tidak tampak tetapitetapi mengalami kekakuan
pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada
system koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya anak tuna tipe
ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan
mulut terkatub terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai di mulut.
d. Tremor
Gejala yang tampak pada tipe ini adalah
senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada
kepala, mata, tungkai,dan bibir.
e. Rigid
Pada tipe inididapat kekuatan otot,
tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan
gerakan, gerakan mekanik lebih tampak.
f. Tipe
campuran
Pada tipe ini seorang anak
menunjukkan dua jenis ataupun lebih gejala tuna daksa sehingga akibatnya lebih
berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis / tipe
kecacatan.
2.4
Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)
Penggolongan
anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak
penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan, yaitu : tangan, kaki,
tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis
kelainan system otak dan rangka meliputi :
a. Poliomyelitis
Penderita
polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan
tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang
belakang pada anak usia dua tahun sampai enam tahun.
b. Muscle
dystrophy
Anak
mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle
dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan dan kedua kakinya.
Penyebab terjadinya muscle dystrophy belum diketahui secara pasti.
Tanda-tanda
anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia tiga
tahunmelalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari
keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk
benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk
diatas kursi roda.
2.5 Model Pembelajaran Jasmani
untuk Tunadaksa
Pada penyandang tuna daksa dalam
kegiatan jasmani tetap sama dengan anak normal lainnya namun dengan spesifikasi
yang berbeda fasilitas. Misalnya
bagi penyandang tuna daksa ringan dengan kekurangan tangan sebelah kirinya,
maka olahraga yang cocok untuk hal ini
adalah olahraga yang hanya tidak menggunakan tangan kirinya. Misalnya bermain
basket dan sepak bola. Lalu untuk penyandang tuna daksa yang berat, misalnya
seorang anak dengan tangan kiri yang tidak berfungsi dan kakinya lumpuh
sehingga dia menggunakan kursi roda untuk berjalan. Olahraga yang cocok untuk
golongan ini adalah antara lain : olahraga lempar tangkap bola dari tangan
kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai agak besar, dan bermain
basket tapi menggunakan bola yang relative ringan misalnya bola plastic dan
ring yang relative rendah, sehingga mudah untuk memaskkan bolanya, dan
menggunakan aturan yang simple.
2.6 Mengenal Tourette Syndrome
Tourette Syndrome adalah gangguan
neuropsikiatri yang diwariskan pada masa anak anak yang gejalanya antara lain
muncul tic (gerakan spontan) pada anggota tubuh maupun suara yang tidak
terkendali dan selalu berulang. Gejala-gejala semacam ini akan mempengaruhi
individu yang mengalami Tourette Syndrom terhadap aktivitasnya sehari-hari.
Syndrom ini dinamakan Tourette sesuai dengan penemunya yaitu Dr Georges Gilles
de la Tourette yang merupakan neurolog asal Prancis yang pertama kali
mendeskripsikan Tourette Syndrom ada kalangan bangsawan di Perancis pada tahun
1885. Tourette Syndrom merupakan salah satu sindrom yang sangat langka dan
sering dikaitkan oleh orang yang pengumpat dan berkata kotor. Namun saat ini
Tourette Syndrom sudah tidak dianggap sebagai sindrom psikiatri yang langka.
Sebagain besar orang yang diidentifikasikan mengalami Tourette Syndrom hanya
mengalami gejala yang ringan, dan sangat sedikit sekali yang diidentifikasikan
mengalami gejala yang berat.
Gejala awal Tourette Syndrom
pertama kali muncul pada masa anak-anak terutama usia 3-9 tahun. Tourette
Syndrom bisa dialami oleh kelompok etnis manapun namun laki-laki mengalami tiga
sampai empat kali lebih sering dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat
diperkirakan terdapat 200.000 orang yang mengalami Tourette Syndrom.
Penyebab dari munculnya Tourrete
Syndrom belum dapat diketahui secara pasti. Para ahli memperkirakan bahwa
faktor genetik dan lingkungan memiliki peran penting dalam sindrom ini. Namun banyak
kasus menunjukan bahwa Tourette Syndrom tidak diwariskan oleh orang tua. Banyak
individu dengan Tourette Syndrom mengalami gejala hiperaktif, depresi,
kecemasan,perilaku impulsif dan gangguan perilaku lainnya. Bahkan Leckman
menyebutkan bahwa 25/42 % remaja dengan Tourette Syndrom mengalami gejala ADHD.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Yin menunjukan bahwa individu dengan
Tourette Syndrom memiliki permasalahan stres psikososial. Dalam kajian
neurologis, gangguan tic yang dialami oleh penderita Tourette Syndrom merupakan
bentuk disfungsi pada daerah kortikal,
sub kortikal, talamus, basal gangla dan korteks
frontal.
Gejala Tourette Syndrom dapat
terjadi sangat ringan dan tidak disadari oleh individu yang bersangkutan maupun
orang-orang yang berada di sekitarnya. Torette Syndrom yang terjadi pada masa
anak-anak biasanya diketahui dari munculnya gejala tic yang sederhana dan
seiring berjalannya waktu berubah menjadi tics yang komplek. Tic merupakan
gerakan tiba-tiba, spontan, tidak terkendali dan berulang pada anggota tubuh
seseorang. Tic muncul dalam variasi frekuensi, jenis dan tingkat keparahan.
Contoh dari tic tersebut antara lain, gerakan mengedipkan mata, wajah meringis,
mengangkat bahu, menggerakan leher kepala secara menghentak. Selain otot motorik,
tic juga melibatkan suara-suara yang muncul secara spontan, berulang dan tidak
disadari. Tic sederhana biasanya tidak melibatkan terlalu banyak bagian tubuh
atau otot seseorang. Tic kompleks merupakan kombinasi dari tic simple yang
melibatkan beberapa otot anggota tubuh. Contoh dari Tic komplek seperti wajah
meringis lalu disertai dengan sentuhan kepala dan mengangkat bahu. Sementara
tic kompleks pada vocal antara lain mengucapkan beberapa kata atau frasa.
Menurut DSM IV seseorang
mengalami Tourette Syndrom jika mengalami tic motiric maupun vokal selama satu
tahun. Psikiater tidak memerlukan darah atau organ tubuh lainnya sebagai objek
untuk mendiagnosis Tourette Syndrom. Sementara beberapa penelitu dari Yale
University menggunakan Family Inventory of Life Events (FILE) dan Life Event
Questionnaire (LEQ) sebagai alat untuk mengetahui korelasi antara Tourette
Syndrom dengan gangguan psikososial.
Gejala Tourette Syndrom biasanya
tidak menimbulkan kerusakan secara fisik. Namun pada beberapa kasus misalnya
ketika individu dengan Tourette Syndrom sedang menggunakan pisau atau alat
pemotong lainnya dapat berpotensi menyebabkan luka. Beberapa pasien membutuhkan
obat ketika gejala yang muncul terasa sangat mengganggu. Obat yang dibutuhkan
oleh penderita Tourette Syndrom antara lain Neuroleptik yaitu obat yang
digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Neuroloptik juga memiliki efek
samping yang sering disebut tardive dyskinesia, yaitu gerakan tic yang berbeda
dari biasanya akibat penggunaan neuroleptik yang berlebihan. Selain itu pada
saat obat ini tidak digunakan lagi oleh pasie juga akan menimbulkan semacam
ketergantungan. Oleh karena itu penghentian pemberian neuroleptik harus
dilakukan secara perlahan. Obat-obatan lainnya yang sering digunakan untuk mengobati
gejala Toourrete Syndrom antara lain Guanfacine, Atomoxetine Clomipramine,
Fluoxetine, Setraline, Fluoxamine. Para ahli juga memanfaatkan Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) dan teknik relaksasi untuk mengurangi gejala gangguan
Tic. Namun hasil dari metode-metode tersebut belum dievaluasi secara sistematis
dan tidak didukung secara empiris untuk menyembuhkan Tourrete Syndrom.
DAFTAR
PUSTAKA
Phipitk51100.blogspot.com.es/2010/12/apa-itu-tuna-daksa-_05.html?m=1
Arsynurse.blogspot.in/2013/05/makalah-anak-tunadaksa.html?m=1
Beredukasi.blogspot.in/2013/09/pengertian-dan-karakteristik-tuna-daksa.html?m=1
Tengakarta.wordpress.com/2011/12/02/mengenal-tourette-syndrome/
http://aprileopgsd.wordpress.com/2013/10/12/makalah-abk-tuna-daksa/
Komentar
Posting Komentar