PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
PEMBAHASAN
1. Pendekatan
Otoriter
Pendekatan
otoriter memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian
perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan
menciptakan dan memelihara ketertiban dikelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta
didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karna gurulah
paling mengetahui dan berurusan dengan
peserta didik. Tugas ini dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan
peraturan dan hukuman
Pendekatan
otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimidasi.
Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan ,
merendahkan peserta didik dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak
untuk kepentingan peserta didik yang menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan
otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen kelas
yaitu :
1.
menetapkan
dan menegakkan peraturan
2.
memberikan
perintah, pengarahan dan pesan
3.
menggunakan
teguran,
4.
menggunakan
pengendalian dengan mendekati
5.
dan
menggunakan pemisahan dan pengucilan.
a.
menciptakan
dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan
pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang
diharapkan dan menapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan
menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas
dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik dikelas. Peraturan
merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan
dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi
perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumusan dengan jelas amatlah perlu
agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan
memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak
dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui akibat
pelanggaran atas peraturan itu.
b.
Memberikan
perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan
perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan
guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan
jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam
mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk
mematuhinya.
c.
Menggunakan
teguran ramah adalah strategi memanajemen kelas yang digunakan guru memarahi
peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan
cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini direkomendasikan bahwa teguran
ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari
perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah
dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk
memberitahukan dan bukan membunuh.
d.
Menggunakan
pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta
didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang.
Strategi ini memasudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan
atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk
menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa
kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik
berperilaku menyimpang.
e.
Menggunakan
pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah strategi guru
dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya
cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang
yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidaj dianggap
sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.
2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan
intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses
pengendalian perlaku peserta didik.
Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankanperilaku guru yang manusiawi,
pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang kasar, ejekan, hinaan,
paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik
berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan
intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras.
Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi
tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya
berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru
berteriak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta
didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut
karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan
demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang
salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti
maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.
Kendatipun
pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat
banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya
bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala
masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemhan lain yang timbul dari
hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.
3. Pendekatan
Permitif
Pendekatan
permitif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan
siswa. Temasentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan dimana juga guru
hendaknya membiarkan peserta didik bertindak
bebas sesuai dengan yang diinginkannya peranan guru adalah meningkatkan
kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara
wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan berperan sebagai
pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan
permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah
dan kelas adalah system social yang memiliki pranata-pranata social. Dalam
system social para anggotanya, dalam hal ini dan peserta didik menyandang hak
dan kewajiban mereka didharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban dan
diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan
mengancam hak-hak orang lain.
Banyak
pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni
tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas.
namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik
melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. urusan itu seperti para
peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memikul resiko yang
aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan
memimpin diri sendiri, dan tanggung jawab sendiri. dengan demikian, guru harus
dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta
didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan
penuh tanggung jawab.
4.
Pendekatan Buku Masak
Pendekatan Buku Masak adalah pendekatan berbentuk
rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus
dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manaejemen
kelas. daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus
dilakukan ini biaanya dapat diketemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk
meemperbaiki perilaku peserta didik misalnya. karema daftar ini sering
merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
"buku masak". berikutnya ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang
dapat dijumpai dalam daftar "buku masak":
Ø
Selalulah
menegur siswa secara empat mata
Ø
Jangan
sekali-kali meninggikan suara pada saat atau waktu memperingatkan siswa
Ø
Tegas
dan bertindak adil sewaktu berurursan dengan siswa
Ø
Jangan
pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Ø
Senantiasa
meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman.
Ø
Selalulah
meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada.
Ø
Tetaplah
konsekuen dalam menegakkan peraturan.
Pendekatan
buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak
ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada
masalah-masalah lain. pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada
diri guru dalam memanajemeni kelas. dengan kata lain, guru biasanya memebrikan
reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mempergunakan dalam jangka pendek.
kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal
mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, kaena pendekatan ini
bersifat mutlak. guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan
merugikan diri sendiri dan tudak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.
5.
Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Para
penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi dalam mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.
Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai
Hal ini dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas, karena kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
b. Menerapkan kegiatan yang efektif
Menerapkan kegiatan
yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak
orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya.
c.
Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
Menetapkan kegiatan rutin kelasa dalah kegiatan sehai-hari yang perlu dipahami dan dilakukan peserta didik. Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan peserta didik di kelas.
d.
Memberikanpengarahan
yang jelas
Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang didinginkan
guru denga ninstruksi yang
jelas, sederhana, ringkas, tepat sasaran dan sistematis.
e.
Menggunakan dorongan yang bermakna
Menggunakan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat sungguh-sungguh terhadap perilaku peserta didik yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.
f.
Memberikan bantuan mengatasi rintangan
Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan guru
untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat pada saat mereka benar-benar memerlukannya.
g.
Merencanakan perubahan lingkungan
Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi.
h.
Mengatur kembali struktursituasi
Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda.
6.
Pendekatan
Perubahan Perilaku
Pendekatan
pengubahan perilaku didasarkan pasa prinsib-prinsib psikologi behaviorisme.
Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku
menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua lasan yaitu: 1) peserta
didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak
belajar berperilaku yang sesuai. Pendekatan perubahan perilaku di bangun atas
dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh
kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan
empat prinsip dassar brlajar. Empat prisip tersebuat adalah penguatan positif,
hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan
positif adalah pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Hukuman
adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak di sukai atau tidak
diinginkan sesuadah terjadinya suatu perbuatan. Penghentian adalah menahan
suatu penghargaan yang di harapkan (=menahan penguatan negative), yang dalam
kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu di beri penghargaan. Penguatan
negative adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak di inginkan atau
tidak di sukai sesuadah terjadinya sesuatu perbuatan, yang menyebabkan
frekuensi perbuatan itu meningkat.
Guru
dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan
penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negative (pemberian
hukuman). Hal yang perlu di ingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu memberikan
pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku
yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perillaku yang menyimpang, perilaku
tersebut cenderung diteruskan. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat
oleh guru harus dengan segera dikuatkan selah perbuatan itu terjadi. Perilaku yang
tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak
dikenakan hukuman dengan segerah cenderung akan menguat. Jadi penentuan waktu
yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting.
Ada
dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu:
penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu ialah
pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu.
Penghargaan (dan hukuman) dapat difahami hanya dalam kaitannya dengan peserta
didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja
dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Tindakan hukuman yang
diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum
peserta didik yang haus perhatian.
Terdapat
tiga metode yang di tawarkan untuk menemukan pendorong-pendorong yang
berorientasi individual yaitu: 1) pendapat petunjuk mengenai pendorong yang
mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, 2)
mendapat petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku
peserta didik tertentu, dan 3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya
menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu swnggang, apa yang ingin
dimiliki, dan utuk apa ia melakukan sesuatu.
Guru
menyadari bahwa pujian dan dorongan adalah pendorong sosial yang kuat. Berikut
ini ada strategi-strategi lain yang ditawarkan dalam memanajemeni kelas.
·
Mempergunakan
model
Model
adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain
mendapatkan perilaku yang baru.
·
Mempergunakan
pembentukan
Pembentukan
adalah suatu prosedur diman guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian
perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilakuyang diinginkan.
·
Mempergunakan
sistem hadiah
Sistem
hadiah biasanya terdiri dari 3 unsur:
1.
Seperangkat
instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti
2.
Suatu
sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiakan barang kepada peserta
didik yang menampilkan perilaku yang sesuai
3.
Seperangkat
prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah
yang mereka peroleh sebagai penghargaan.
·
Mempergunakan
kontrak perilaku
Kontrak
perilaku adaalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku
menyimpang.
·
Mempergunakan
jatah kelompok
Penggunaan
jatah kelompok adalah penggunaan prosedur diman konsekuensi (penguatan atau
hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seseorang peserta didik
sendiri.
·
Penggunaan
alternative yang tidak serasi
Penggunaan
aalternatif yang sersi yaitu pengguatan yang bertetangan satu dengan yang lain
·
Mempergunakan
penyuluhan perilaku
Penyuluhan
perilaku adalah suatu proses yng meliputi pertemuan pribadi antara guru dan
peserta didik.
·
Mempergunakan
pemantauan sendiri
Pemantauan
sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik
mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya.
·
Mempergunakan
isyarat
Isyarat
adalah suatu proses untuk merangsang berbuat ayau tindakan mengingatkan secara
verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru pada peserta didiknya.
Kembali
pada dilema paling penting yang dhadapi oleh para pengajur pendekatan
pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman untuk menghilangkan perilaku yang
tidak sesuai.
7. Pendekatan
Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan
ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kels yang efektif sangat
tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik.
Banyak gagasan yang
bercirikan pendekatan sosio-emosional, antara lain :
a)
Menurut
Carl Rogers : Kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung pada
kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta
didik.
b)
Menurut
Ginott : Menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan
hubungan yang baik antara guru dan siswa, disamping keserasian, sikap,
menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh bagaimana sikap itu diwujudkan
oleh guru.
Ginott
memberikan rekomendasi mengenai cara yang seyogyanya(seharusnya) dilakukan oleh
guru untuk berkomunikasi secara efektif sebagai berikut :
a.
Alamatkan
pernyataan kepada situasi siswa
b.
Gambarkanlah
situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai
situasi tersebut.
c.
Hindarkan
sikap menentang atau melawan
d.
Hindarkan
pernyataan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak, dan
mengandung sikap menentang.
e.
Usahakan
penjelasan yang singkat.
f.
Berikan
pujian yang bersifat menghargai.
g.
Dengarkanlah
apa yang diungkapkan peserta didikdan dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya.
Pandangan
lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio-emosional, yaitu :
1.
Glesser
menekankan pentingnya guru dengan menggunakan strategi manajemen yang
disebutnya terapi kenyataan. Glesser mengemukakan delapan langka untuk membantu
peserta didik mengubah perilakunya berikut ini :
a.
Secara
pribadi melibatkan diri dengan siswa; menunjukkan kesediaan membantu siswa
memecahkan masalah.
b.
Memberikan
uraian tentang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau
menghakimi siswa.
c.
Membantu
siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah
itu.
d.
Membantu
siswa merencanakan tindakan yang lebih baik.
e.
Tidak
menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterkaitannya.
f.
Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya.
2.
Dreikurs
mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen
kelas yang efektif.
Dua diantaranya adalah :
a.
Penekanan
pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggungjawab.
b.
Pengakuan
akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
Mengembangkan
kelas yang demokratis berasumsi bahwa perilaku dan pencapaian siswa dipermudah
oleh suasana kelas yang demokratis pula.
8.
Pendekatan
Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendakatan proses kelompok
disadarkan pada asumsi-asumsi berikut: 1) kehidpan sekolah berlangsung dalam
lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah
menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktf, 3) kelas
kelompok adalah suatu sistem sosial, 4) pengelolah kelas oleh guru adalah
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana
belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Schmuck dalam Weber mengemukakan enam ciri
mengenai manajemn kelas yaitu : harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma,
komunikasih, dan keterpaduan. Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai
perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya.
Berdasrkan peranannya, guru mempunyai pontensi terbesar
dalam peranan kepemimpinan. Akan tetapi dalam kelompok kelas yang efektif fungsi
kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik. Suatu
kelompok kelas yang efektif adalah kelompok yang fungsi kepemimpinannya di bagi
dengan baik, dan dapat mengerjakan tugas akademik dengan bersama-sama.
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam
kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antara pribadi
yang positif telah berkembang. Pengelompokan kelas yang efektif adalah membantu
mengembangkan hubungan antar pribadi yang postif antara para anggota kelompok.
Norma ialah pengharapan mengenai cara berfikir, cara
berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma mempengaruhi
hubungan antara pribadi karena norma diharapkan bisa menjadi pedoman yang akan
membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang
dapat mereka harapkan dari orang lain. Oleh karena itu, salah satu tugas guru
ialah membantu kelompok menciptakan, meneriama, dan memelihara norma kelompok
yang produktif.
Komunikasih, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog
antara anggota-anggota kelompok. Komunikasih adalah kemampuan manusia untuk
saling memahami buah pikiran dan perasaan masing-masing. Keterpaduan adalah
menyangkup perasaan kolektifyang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai
kelompok kelasnya. Kelompok menjadi padu karena alasan: 1) para nggota saling
menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang besar terdapat pekerjaan, 3) kelompok
memberikan harga diri kepada para anggotannya.
9. Pendektan
Ekletik
Wilford
A.Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai
pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan, atau suatu
keselurahan yang bermakna , yang secara filosofis, teoritis, dan/atau
psikologis di nilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku
pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi di sebut dengan pendekatan
ekletik.
(Wilford
A. Weber,1986) dua syarat yang perlu di kuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan ekletik
yaitu:
1.
Menguasai
pendekatan-pendekatan manajemen kelas, yang potensial seperti pendekatan
pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok, dan
2.
Dapat
memilih pendeketan yang tepat daan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan
baik dalam masalah manajemen kelas ( M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:43)
Simpulannya
adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat
tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang di
hadapinya.
10. Pendekatan
Analitik Prulalistik
Berbeda
dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memeberi kesempatan
kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi
dari berbagai pendekatan manajemen yang di anggap mempunyai potensi terbesar
berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah di
analisis.
Pendekatan
analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi majemen kelas
suatu atau bebrapa strategi yang memepunyai kemungkinan menciptakan dan menanpung
kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Terdapat
empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu di cermati pengunaannya.
1.
Menentukan
kondisi kelas yang di inginkan.
Langkah
pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif ialah menentukan kondisi
kelas yang ideal.
2.
Menganalisis
kondisi kelas yang nyata.
Setelah
menentukan kondisi kelas yang di inginkan, guru selanjutnya menganalisis
keadaan yang ada, yakni memebandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang
di harapkan.
3.
Memilih
dan menggunakan strategi pengelolaan.
Guru
yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang
terkandung di dalam berbagai pendekata manajemen kelas dan mampu memilih serta
menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah di
analisis sebelumnya.
4.
Menilai
efektivitas pengelolaan.
Dalam
tahap ini guru menilai efektivitas dalam pengelolaannya. Artinya, dari waktu ke
waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara
kondisi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, N.2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Komentar
Posting Komentar