PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

PEMBAHASAN

1.      Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban dikelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karna gurulah  paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman
Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimidasi. Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan , merendahkan peserta didik dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik yang menerapkan disiplin yang tegas.
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen kelas yaitu :
1.      menetapkan dan menegakkan peraturan
2.      memberikan perintah, pengarahan dan pesan
3.      menggunakan teguran,
4.      menggunakan pengendalian dengan mendekati
5.      dan menggunakan pemisahan dan pengucilan.
a.       menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan menapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik dikelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumusan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui akibat pelanggaran atas peraturan itu.
b.      Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.
c.       Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemen kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini direkomendasikan bahwa teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan membunuh.
d.      Menggunakan pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini memasudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.
e.       Menggunakan pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidaj dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.

2.      Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian  perlaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankanperilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemhan lain yang timbul dari hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.




3.      Pendekatan Permitif
Pendekatan permitif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Temasentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak  bebas sesuai dengan yang diinginkannya peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah system social yang memiliki pranata-pranata social. Dalam system social para anggotanya, dalam hal ini dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban mereka didharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memikul resiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, dan tanggung jawab sendiri. dengan demikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.





4.      Pendekatan Buku Masak
Pendekatan Buku Masak adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manaejemen kelas. daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biaanya dapat diketemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk meemperbaiki perilaku peserta didik misalnya. karema daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan "buku masak". berikutnya ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar "buku masak":
Ø  Selalulah menegur siswa secara empat mata
Ø  Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat atau waktu memperingatkan siswa
Ø  Tegas dan bertindak adil sewaktu berurursan dengan siswa
Ø  Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
Ø  Senantiasa meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman.
Ø  Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada.
Ø  Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan.

Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada masalah-masalah lain. pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. dengan kata lain, guru biasanya memebrikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mempergunakan dalam jangka pendek. kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, kaena pendekatan ini bersifat mutlak. guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tudak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.

5.      Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi dalam mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.       Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai
Hal ini dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas, karena kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

b.      Menerapkan kegiatan yang efektif
Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya.





c.       Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
Menetapkan kegiatan rutin kelasa dalah kegiatan sehai-hari yang perlu dipahami dan dilakukan peserta didik. Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan peserta didik di kelas.

d.      Memberikanpengarahan yang jelas
Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang didinginkan guru denga ninstruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat sasaran dan sistematis.

e.       Menggunakan dorongan yang bermakna
Menggunakan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat sungguh-sungguh terhadap perilaku peserta didik yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.
f.       Memberikan bantuan mengatasi rintangan
Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan guru untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat pada saat mereka benar-benar memerlukannya.

g.      Merencanakan perubahan lingkungan
Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi.
h.      Mengatur kembali struktursituasi
Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda.


6.      Pendekatan Perubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pasa prinsib-prinsib psikologi behaviorisme. Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua lasan yaitu: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai. Pendekatan perubahan perilaku di bangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dassar brlajar. Empat prisip tersebuat adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan positif adalah pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak di sukai atau tidak diinginkan sesuadah terjadinya suatu perbuatan. Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang di harapkan (=menahan penguatan negative), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu di beri penghargaan. Penguatan negative adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak di inginkan atau tidak di sukai sesuadah terjadinya sesuatu perbuatan, yang menyebabkan frekuensi perbuatan itu meningkat.
Guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negative (pemberian hukuman). Hal yang perlu di ingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perillaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan selah perbuatan itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segerah cenderung akan menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting.
Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu ialah pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong  siswa setelah batas waktu tertentu. Penghargaan (dan hukuman) dapat difahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Tindakan hukuman yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian.
Terdapat tiga metode yang di tawarkan untuk menemukan pendorong-pendorong yang berorientasi individual yaitu: 1) pendapat petunjuk mengenai pendorong yang mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, 2) mendapat petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku peserta didik tertentu, dan 3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu swnggang, apa yang ingin dimiliki, dan utuk apa ia melakukan sesuatu.
Guru menyadari bahwa pujian dan dorongan adalah pendorong sosial yang kuat. Berikut ini ada strategi-strategi lain yang ditawarkan dalam memanajemeni kelas.
·      Mempergunakan model
Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru.
·      Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur diman guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilakuyang diinginkan.
·      Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri dari 3 unsur:
1.      Seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti
2.    Suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiakan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai
3.    Seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan.
·      Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adaalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang.
·      Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur diman konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seseorang peserta didik sendiri.
·      Penggunaan alternative yang tidak serasi
Penggunaan aalternatif yang sersi yaitu pengguatan yang bertetangan satu dengan yang lain
·      Mempergunakan penyuluhan perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yng meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik.
·      Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya.
·      Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang berbuat ayau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru pada peserta didiknya.

Kembali pada dilema paling penting yang dhadapi oleh para pengajur pendekatan pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman untuk menghilangkan perilaku yang tidak sesuai.


7.      Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kels yang efektif sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik.

Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional, antara lain :

a)      Menurut Carl Rogers : Kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung pada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta didik.
b)      Menurut Ginott : Menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, disamping keserasian, sikap, menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh bagaimana sikap itu diwujudkan oleh guru.
Ginott memberikan rekomendasi mengenai cara yang seyogyanya(seharusnya) dilakukan oleh guru untuk berkomunikasi secara efektif sebagai berikut :
a.       Alamatkan pernyataan kepada situasi siswa
b.      Gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai situasi tersebut.
c.       Hindarkan sikap menentang atau melawan
d.      Hindarkan pernyataan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak, dan mengandung sikap menentang.
e.       Usahakan penjelasan yang singkat.
f.       Berikan pujian yang bersifat menghargai.
g.      Dengarkanlah apa yang diungkapkan peserta didikdan dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya.
Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio-emosional, yaitu :
1.      Glesser menekankan pentingnya guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Glesser mengemukakan delapan langka untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini :
a.       Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
b.      Memberikan uraian tentang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
c.       Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu.
d.      Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik.
e.       Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterkaitannya.
f.       Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya.

2.      Dreikurs mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif.
Dua diantaranya adalah :
a.       Penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggungjawab.
b.      Pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
Mengembangkan kelas yang demokratis berasumsi bahwa perilaku dan pencapaian siswa dipermudah oleh suasana kelas yang demokratis pula.

8.      Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendakatan proses kelompok disadarkan pada asumsi-asumsi berikut: 1) kehidpan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktf, 3) kelas kelompok adalah suatu sistem sosial, 4) pengelolah kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.  
Schmuck dan Schmuck dalam Weber mengemukakan enam ciri mengenai manajemn kelas yaitu : harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasih, dan keterpaduan. Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya.
Berdasrkan peranannya, guru mempunyai pontensi terbesar dalam peranan kepemimpinan. Akan tetapi dalam kelompok kelas yang efektif fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik. Suatu kelompok kelas yang efektif adalah kelompok yang fungsi kepemimpinannya di bagi dengan baik, dan dapat mengerjakan tugas akademik dengan bersama-sama.
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antara pribadi yang positif telah berkembang. Pengelompokan kelas yang efektif adalah membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang postif antara para anggota kelompok.
Norma ialah pengharapan mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma mempengaruhi hubungan antara pribadi karena norma diharapkan bisa menjadi pedoman yang akan membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan dari orang lain. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok menciptakan, meneriama, dan memelihara norma kelompok yang produktif.
Komunikasih, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggota-anggota kelompok. Komunikasih adalah kemampuan manusia untuk saling memahami buah pikiran dan perasaan masing-masing. Keterpaduan adalah menyangkup perasaan kolektifyang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Kelompok menjadi padu karena alasan: 1) para nggota saling menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang besar terdapat pekerjaan, 3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotannya.

9.      Pendektan Ekletik
Wilford A.Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan, atau suatu keselurahan yang bermakna , yang secara filosofis, teoritis, dan/atau psikologis di nilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi di sebut dengan pendekatan ekletik.
(Wilford A. Weber,1986) dua syarat yang perlu di kuasai oleh  guru dalam menerapkan pendekatan ekletik yaitu:
1.      Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas, yang potensial seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-emosional, proses kelompok, dan
2.      Dapat memilih pendeketan yang tepat daan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas ( M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:43)
Simpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang di hadapinya.


10.  Pendekatan Analitik Prulalistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memeberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang di anggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah di analisis.
Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi majemen kelas suatu atau bebrapa strategi yang memepunyai kemungkinan menciptakan dan menanpung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien.
Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu di cermati pengunaannya.
1.      Menentukan kondisi kelas yang di inginkan.
Langkah pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif ialah menentukan kondisi kelas yang ideal.
2.      Menganalisis kondisi kelas yang nyata.
Setelah menentukan kondisi kelas yang di inginkan, guru selanjutnya menganalisis keadaan yang ada, yakni memebandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang di harapkan.
3.      Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan.
Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang terkandung di dalam berbagai pendekata manajemen kelas dan mampu memilih serta menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah di analisis sebelumnya.
4.      Menilai efektivitas pengelolaan.

Dalam tahap ini guru menilai efektivitas dalam pengelolaannya. Artinya, dari waktu ke waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai.





DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, N.2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDEKATAN OTORITER, INTIMIDASI, PERMITIF, BUKU MASAK DALAM MANAJEMEN KELAS

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PENDIDIKAN

PENDEKATAN EKLETIK DAN PRULALISTIK DALAM MANAJEMEN KELAS